Yusril Takeuchi
Jack – Pilihan
Hidup
Diterbitkan
secara mandiri
melalui
blog.yusriltakeuchi.com
Credits
Oleh: Yusril Takeuchi
Copyright © 2016
by Yusril Takeuchi
Penerbit
Yusril Takeuchi
www.yusriltakeuchi.com
yusriltakeuchi@gmail.com
Desain Sampul:
Yusril Takeuchi
Download Versi PDF:
Diterbitkan
melalui:
Blog.yusriltakeuchi.com
Jauh dipelosok desa yang terdalam,
disebuah tempat yang jauh dari perkotaan. Terdapat seorang anak yang bekerja
keras di usianya yang masih sangat belia. Dia bernama, Jack. Seorang anak
remaja berusia 16 tahun, yang telah memilih jalan hidupnya menjadi tukang kayu,
didesanya. Faktor ekonomi yang sangat rendah, yang menyebabkan Jack harus
membanting tulang diumurnya yang masih sangat muda. Kini, dia tinggal didesa
hilir sungai bersama dengan neneknya, yang hidup sakit-sakitan. Pemuda 16 tahun
ini sangat menginginkan dengan yang namanya sekolah, dapat belajar bersama
teman-teman dikelas, berbagi cerita dan canda bersama, adalah impian terbesar
bagi dirinya. Jika Jack diberi kempatan akan hal itu, ia akan
bersungguh-sungguh memanfaatkannya hingga meraih prestasi.
Setiap hari, disetiap pagi. Jack pergi
menuju hutan dengan kapak yang selalu digendongnya, meninggalkan sang nenek
dirumah untuk sesaat, untuk mencari uang, sebagai modal makanan mereka berdua
nanti. Jack terbilang anak yang memiliki banyak kepribadian baik, salah satunya
adalah kejujuran. Sebuah sifat yang menjadi suri tauladan bagi para
tetangganya. Ketika Jack mengantarkan kayu-kayu pada pelanggan, ia selalu
mengatakan dengan jelas kekurangan, dan kelebihan kayu yang dijualnya. Sebuah
hal yang membuat bingung, meskipun Jack menawarkan kayu-kayunya yang terlihat
buruk, para pelanggan justru memborong semuanya. Sehingga, hampir setiap hari,
semua kayu yang dijualnya pasti habis terjual! Terkadang pula dia mendapatkan
bonus dari pembeli. Jack menjual satu ikat kayu bakar yang masih bagus dengan
harga 10 Dinar, sedangkan untuk yang buruk seharga 5 Dinar. Harga seperti itu
terbilang cukup murah, tidak heran Jack selalu kebanjiran pembeli. Jika ia
bertemu dengan pembeli yang baik hati, orang itu memberinya 20 Dinar untuk satu
ikat kayu bakar yang masih bagus, dan 10 Dinar untuk yang buruk.
Pada beberapa hari yang lalu, Jack
mendapatkan sebuah penghargaan berharga baginya. Disebuah sungai, yang letaknya
tak jauh dari desanya berada. Ia bertemu dengan seorang peri, sosok peri
penjaga sungai yang sangat cantik. Pada saat itu, Jack sedang bersantai
dipinggir sungai, hingga suatu ketika kapak yang ia miliki tercebur karena
tersenggol. Sebuah kapak besi kesayangannya, yang selalu membantunya dalam
mencari uang. Dia sangat syok akan hal itu, hidup ini bagaikan tak ada artinya
lagi. Namun, ditengah keputusasaannya, muncul sebuah cahaya yang menyilaukan dari
dalam sungai, hingga menampakkan sosok peri penjaga sungai yang sangat anggun!
Jack hampir dibuat tidak percaya akan hal itu, ia merasa, kini telah berada
disebuah negri dongeng. Sang peri datang menghampiri Jack dengan senyum manis
yang menenangkan jiwa. Kemudian bertanya pada pemuda yang kini berada di
hadapannya.
“Hai pemuda yang baik hati. Sedang
apa kau berada disini?”
“Aku, kebetulan lewat. Dan bermaksud
untuk beristirahat, namun, kapak kesayanganku tercebur kedalam sungai.” wajah
Jack kini mulai bersedih.
Dengan rasa tidak percaya, dari
kedua tangan peri itu mengeluarkan sebuah cahaya, kemudian menyodorkannya
kedepan arah Jack berdiri. Hingga kini, ia melihat 3 kapak yang berbeda. Yang
pertama terbuat dari bahan berlian, kemudian yang kedua dari emas, dan yang
terakhir dari besi.
“Yang manakah kapak milikmu?” tanya
sang peri.
Jack memperhatikan ketiga kapak itu
beberapa saat, hingga tak lama ia berhasil menemukan kapak miliknya.
“Ini, kapak besi ini milikku!” ia
menunjuk-nunjuk kearah kapak besi yang nampak jelek.
Sang peri tersenyum, kini ia telah
paham, bahwa anak yang dihadapannya adalah seorang anak yang sangat jujur. Jack
bisa saja berbohong, dengan menyebutkan bahwa kapak berlian itu miliknya. Namun
ia tak melakukannya.
“Aku sangat senang akan kehadiran
anak sepertimu disini, kau anak yang sangat jujur. Karena kejujuranmu, aku akan
memberikan ketiga kapak ini untukmu. Dan sajian makanan mewah, untuk nenekmu
dirumah.”
Sang peri kembali menyodorkan tangan
yang bercahayanya di sisi lain, hingga menyulap sebuah tanah kosong, kini telah
terisi oleh berbagai makanan-makanan mewah! Sungguh ajaib. Hati Jack kini telah
labil, tindakan apa yang harus ia lakukan. Kebahagiaan yang dia dapatkan
membuatnya kebingungan, karena terlalu
bahagia.
“Terima kasih peri! Semoga
perbuatanmu akan di balas tuhan.”
Semenjak saat itulah, Jack menjadi
lebih mudah dalam memotong kayu dihutan. Itu semua berkat kapak berlian
pemberian peri penjaga sungai.
Jack tinggal disebuah rumah yang
kecil, terlihat sangat kumuh, namun bersih akan sampah. Setiap sore sebelum ia
beristirahat, Jack selalu menyempatkan waktu untuk membersihkan rumah
sendirian, serta memberikan neneknya obat dan makanan. Para tetangga yang
berada disekitarnya telah bersimpati pada Jack. Terkadang, ada beberapa
tetangga yang memberikannya makanan, pakaian, hingga buku-buku pelajaran. Ia
senang bisa mendapatkan buku-buku itu, karena ia dapat kembali belajar
dirumahnya. Saking minimnya pendapatan yang ia dapatkan, untuk beberapa hari
Jack pernah hanya memakan sebuah Roti kering, sebab uang yang ia miliki harus
dipakai untuk membeli obat neneknya. Tak jarang pula ia merasakan kelaparan
yang luar biasa, karena uang yang dimilikinya telah lenyap, diambil oleh
sekumpulan perampok yang jahat. Hatinya teriris, mengeluarkan air mata yang
terus membanjiri kedua matanya. Ia tak memikirkan apakah ia dapat makan hari
ini, melainkan apa yang harus dimakan neneknya hari ini.
Ibunya telah meninggal saat ia
berumur 10 tahun, karena sebuah tragedi pembunuhan yang tragis! Saat sang ayah
pulang kerja, ia melihat sosok istrinya telah terkapar tak bernyawa dilantai,
bersimbah darah yang berceceran dimana-mana. Hatinya begitu sakit, rasanya
hidup ini tak ada artinya lagi, tanpa seorang kekasih yang sangat ia cintai
berada disisinya. Karena keputusasaan yang Ayah Jack miliki, membawanya
kesebuah jalan yang kelam, ia telah salah jalan. Ia menggunakan berbagai
obat-obatan terlarang untuk menangkan hatinya. Ia berharap bisa melupakan semua
beban pikiran dalam dirinya. Jack yang masih kecil, hanya terlihat ketakutan setiap
kali ayahnya memanggil. Rasanya, ia ingin kabur dari rumah, menuju suatu tempat
yang lebih tenang, tanpa adanya ayah berada disisinya. Perbuatan tercela Ayah
Jack tak berlangsung lama, hingga suatu hari, ayah Jack tertangkap basah
menggunakan obat-obatan terlarang. Hingga ia ditangkap dan dipenjarakan selama
15 tahun.
Mendengar akan kejadian itu, sang
nenek. Mengambil alih hak asuh Jack yang ayahnya miliki. Hingga semenjak
itulah, Jack pergi dari perkotaan, menuju sebuah desa yang sangat sederhana, bersama
sang nenek tercinta. Salah satu orang yang kini dapat melindunginya. Dulu,
kondisi tubuh nenek masih sangat sehat. Mereka berdua sering pergi kehutan
bersama untuk mencari kayu bakar, mengajari Jack bagaimana cara menebang sebuah
kayu, memberinya sebuah kasih sayang lebih, yang sudah bertahun-tahun tak ia
dapatkan. Tapi itu hanya masa lalu, semenjak neneknya terserang berbagai
penyakit, termasuk penyakit stroke, yang telah melumpuhkan berbagai fungsi
gerak tubuhnya. Kini, keseharian nenek Jack hanya berada diatas kasur yang reot,
tak bisa bergerak banyak, bahkan untuk berbicara pun sulit. Jack turut prihatin
akan keadaan neneknya, yang semakin hari bukannya membaik justru bertambah
buruk. Ia ingin membawanya kerumah sakit, tapi ia tidak mempunyai uang.
Terkadang, teman dekatnya Jack datang kerumah untuk sekedar menengok nenek
Jack, memberinya suapan makanan seperti pada nenek sendiri. Wanita itu bernama Meliana,
seorang wanita cantik nan anggun, seorang anak dari kepala desa yang menjadi
kembang desa ditempatnya. Beberapa orang dibuat kebingungan, mengapa Meliana
bersikeras memberi perhatian lebih pada keluarga Jack, yang miskin. Padahal ia
bisa saja mendapatkan seorang kekasih bangsawan, yang kaya raya. Baginya, nenek
Jack bagaikan neneknya sendiri. Sebab semasa sehatnya, nenek Jack selalu
berbuat baik pada Meliana, hingga kini ia ingin membalaskan budi sang nenek,
walau hal itu takkan pernah bisa terbalaskan.
Disuatu hari yang nampak cerah, dan
begitu tenang. Jack berjalan dipusat desa setelah menjual beberapa kayu
miliknya. Penjualan pada hari inipun berjalan seperti biasanya, semua habis
terjual. Namun, ditengah perjalanannya yang tenang, terdapat sebuah tragedi
baru dalam hidupnya. Sebuah hal yang mungkin sulit untuk ia lupakan, dan belum
pernah ia rasakan. Terdapat perampokan bank yang membuat warga sekitar
berlarian melarikan diri. Para pegawai bank disandra, tak ada yang berani
memberontak, sebab mereka telah dikalungi berbagai bom yang kapan saja bisa
meledakannya. Mengetahui akan hal itu, Jack pun telah terbawa suasana. Ia telah
panik, tak tahu harus berbuat apa. Para polisipun telah berdatangan, tapi dari
sekian banyaknya para aparat, tak ada satupun yang memberikan perlawanan.
Sungguh miris, sebab mereka takut jika sandra akan celaka. Dilain sisi, Jack
melihat seorang anak kecil yang dalam keadaan berbahaya, sudah menjadi santapan
empuk sang perampok. Ia tak bisa berdiam diri akan hal itu, sehingga Jack
langsung berlari dan menubruk badan sang perampok, dan mementalkannya beberapa
meter dari lokasi. Jack langsung menyelamatkan sang anak, menggendongnya sekuat
tenaga. Namun, sebuah peluru panas berhasil menembus betis kakinya, membuatnya
tak bisa berjalan. Sang anak terjatuh dari gendongannya, ia menangis
teresedu-sedu.
“Cepat pergi nak! Tak ada waktu lagi
untuk menunggu.”
Awalnya anak itu terus menolak apa
yang diperintahkannya, namun Jack terus memaksa, hingga akhirnya ia mengalah
dan berlari meninggalkan Jack yang sudah tak berdaya, tak sanggup untuk
melarikan diri.
Tiba-tiba, terdapat komplotan
perampok lain datang menghampirinya, menarik rambut Jack lalu menyeretnya
ketempat anggota mereka berkumpul. Jack yang tidak sanggup melawan hanya bisa
pasrah, semua perlawanan yang ia lakukan sia-sia, sama sekali tak membawakan
hasil apapun.
“Anak brengsek ini, telah berani
menabrak saya. Hingga membuat kepalaku bocor terbentur tembok. Menurut kalian,
apa yang pantas untuk memberi pelajaran pada anak kurang ajar ini?” tanya sang
perampok yang tadi Jack tubruk.
“Kita lumpuhkan saja kedua kaki, dan
tangannya. Hahaha!” tawa keji anggota komplotan lainnya.
Hingga beberapa saat, sang bos mulai
memberikan perintahnya.
“Kita tidak akan melakukan itu,
melainkan kita akan memanfaatkannya.”
“Memanfaatkan?” tanya semua anggota
bingung.
“Kita akan menjadikannya sebagai
perisai, para polisi tidak akan menyerang selagi kita bersama sandra. Kita
ambil kesempatan emas ini, untuk mengambil mobil besar yang berada disana,
untuk kita kabur. Bersama semua uang yang kita miliki.”
Mendengar akan rencana cerdik
tersebut, semua anggotanya langsung menyetujui. Sehingga rencana jahatnya itu
mulai berjalan, dengan Jack sebagai umpan. Para perampok berjalan dengan
tenang, menuju mobil BMW besar yang berada dipinggir jalan, dengan pintu yang
terbuka, dan kunci kendali yang belum dicabut.
“Gawat Pak, apa yang harus kita
lakukan?” tanya seorang polisi yang nampak kebingungan.
“Kita tidak boleh melukai sandra,
kita lihat saja terlebih dahulu, apa yang akan mereka lakukan. Jika mereka
melarikan diri dengan mobil itu, kita harus mengejarnya.” jawab sang jendral.
Dengan perlahan, para perampok
memasukkan milyaran uang kedalam bagasi mobil yang besar, bersama dengan Jack
yang dilemparkan kedalam mobil, dengan keadaan kaki dan tangan yang diikat.
Setelah semua uang telah dimasukkan, para komplotan itu mulai menancap gas
sekencang-kencangnya, menabrak apapun yang menghalangi. Sehingga mereka
berhasil kabur dari sergapan polisi. Para aparat tidak bisa tinggal diam,
mereka mengejar para perampok beramai-ramai, sehingga terjadi adegan kejar-kejaran
serta berbagai tembakan antara sang polisi, dan para penjahat. Tapi, lawan
mereka kali ini bukan sembarangan, mereka adalah kumpulan perampok yang cerdas,
sekaligus licik. Mereka berjalan menuju jalanan-jalanan yang sempit, yang sulit
untuk dilewati banyak mobil aparat. Hingga disebuah tempat yang tidak terlalu
lebar, terdapat batu besar yang reot, para perampok memanfaatkannya. Dan pada
saat yang tepat, mereka menembakkan bebatuan itu hingga roboh! Para aparat
telah dibuat kaget oleh aksinya, dan sekarang bebatuan besar itu telah menutup
jalan sang polisi, meninggalkan para perampok dibalik sisi batu. Yang telah
terbebas dari kejaran.
“Woy lepasin! Lepasin!” Jack terus
memberontak didalam mobil.
“Anak ini berisik banget! Sumpel aja
mulutnya, biar tidak kebanyakan bicara.”
Kini Jack tak dapat lagi berbicara,
mulutnya telah ditutup oleh kain yang menghalangi pita suaranya. Ia hanya bisa
pasrah, akan keadaan.
Selang beberapa saat didalam mobil
yang sesak, ia telah tiba disebuah tempat yang menyeramkan, kurasa ini markas
rahasia mereka. Jack dikeluarkan dari dalam mobil, dan diseret kedalam rumah
untuk langsung dikurung dalam kamar. Sedangkan diluar sana, mereka sedang
berpesta pora akan kemangannya. Jack bukanlah tipe orang yang mudah menyerah!
Ia selalu memikirkan cara untuk melarikan diri. Dan apa yang dilihatnya dipojok
lantai, seperti membuka harapan baru bagi hidupnya. Ia melihat sebuah pisau,
berada di bawah meja, ia hanya perlu merangkak dan mengambilnya. Lalu
menggunakan benda itu untuk memotong tali yang mengikat pergelangan tangannya.
Jack terus berusaha sekuat tenaga, dan perjuangannyapun membawakan hasil!
Ikatan tangannya kini telah terlepas, dan disusul oleh kakinya. Ia melihat
keadaan sekitar dengan seksama, Jack melihat sebuah jendela, yang sama sekali
tidak terkunci.
“Kurasa inilah salah satu kebodohan
mereka, membuat sebuah jendela pada kamar penyandraan.”
Jack bersikeras memanjat jendela
yang cukup tinggi, meraih kuat-kuat agar pegangannya tepat. Kini ia telah
berhasil melarikan diri dari kamar yang penak itu. Ia telah berada di halaman
belakang markas penjahat. Jack bergegas melarikan diri, dengan pisau yang masih
digenggamnya. Dan suatu saat, aksinya telah dipergoki oleh salah satu komplotan
yang sedang patroli. Dia menangkap Jack, memeluknya erat agar tidak bisa
bergerak dan melarikan diri. Tapi, ia menusukkan pisau yang digenggam kekaki
sang perampok, membuatnya kesakitan histeris jatuh tersungkur ketanah. Tanpa
pikir panjang, Jack langsung meninggalkan orang itu dan kembali menuju desa.
Kini ia telah aman, nasibnya telah
terbebas dari cengkraman sang perampok. Namun tetap saja, Jack masih kewalahan
dalam berjalan, karena tembakan tadi
yang menembus kakinya. Setibanya Jack dikantor polisi, ia langsung melaporkan
letak keberadaan markas para penjahat yang tadi merampok bank. Jack juga
mengatakan, bahwa ia salah satu sandra yang berhasil kabur, dengan menunjukkan
luka bekas tembakkan di kaki kanannya. Para polisi dengan cepat menyikapinya.
Dan bergegas untuk langsung memulai penyergapan, membawa puluhan aparat polisi
dengan persenjataan lengkap! Jack yang melapor juga turut serta diajak para
polisi untuk memulai penyergapan, untuk menunjukkan jalan. Setibanya di markas
mereka, para polisi sudah mengambil ancang-ancang penyergapan. Seluruh tempat
itu telah terkepung, tak ada jalan untuk mereka bisa kabur. Dan ketika para
polisi mulai memasuki rumah yang terlihat tua, para perampok berlarian
kocar-kacir kesana-kemari menyelamatkan diri. Tembakkan para polisi pun sudah tak
asing lagi terdengar ditelinga. Tidak memakan waktu yang lama, para buronan itu
telah berhasil dibekuk! Polisi kini telah lega, karena targetnya kali ini telah
tertangkap. Jack sangat tidak menyangka akan hal yang terjadi setelah ini. Semua
polisi kini telah berbaris, menghadap seorang Jack yang berjasa bagi mereka.
Dari sisi lain, datanglah sang jendral. Membawa sebuah map kuning ditangannya.
“Kamu anak yang hebat! Saya bangga
denganmu. Sebagai suatu penghargaan, saya memberikanmu sebuah lencana, atas
jiwa keberanianmu. Dan sebuah uang senilai Satu Juta Dinar untukmu.”
“Pa… Pak… Pak polisi tidak salah
bicara? Satu juta Dinar? Tidak mungkin!” Jack nyaris tidak percaya akan apa
yang ia dapatkan.
“Ini benar, nak. Terimalah, sebagai
salah satu penghargaan keberanianmu.”
Para polisi kini telah menaikkan
tangannya ke dahi, memberi hormat pada sosok Jack, yang sangat berjasa. Ia tak
menyangka, bahwa nasibnya akan berubah menjadi baik seperti ini. Dengan uang
yang ia miliki sekarang, ia bisa mewujudkan mimpinya, kembali menuju kota, membangun
sebuah usahanya sendiri.
Jack pulang menuju rumah, membawa sebuah
kabar bahagia untuk neneknya, dan Meliana yang sedang merawat. Awalnya, Meliana
kaget ketika melihat kaki Jack yang berdarah-darah, sehingga ia langsung
bergegas mengobati. Tapi dilainhal, Jack menunjukkan uang Satu juta Dinar yang
berada ditangannya, pada neneknya tercinta. Ia menceritakan kejadian yang baru
saja ia alami, neneknya sangat sedih sekaligus senang. Sebab Jack akan pergi
meninggalkan neneknya, menuju pusat kota, membangun usahanya hingga menjadi
orang yang sukses, dengan modal yang baru saja ia peroleh.
Dikeesokan harinya yang cerah, Jack
telah berpakaian rapih untuk memulai perjalannnya, kembali menuju pusat kota.
Ia tahu, hatinya teriris jika harus meninggalkan neneknya disini. Tapi, ia
sudah mempercayakannya pada Meliana, salah satu orang yang ia percaya, untuk
menjaga dan merawat nenek. Sebulan sekali, Jack mengirimkan uang untuk neneknya
didesa, untuk keperluan makan, dan obat-obatan. Bisnis pakaiannya kinipun telah
maju, memberikan banyak keuntungan baginya. Disuatu hari, Jack harus kembali
mendapati hal pahit. Toko yang ia miliki untuk usahanya, telah hangus dilahap
sijago merah. Hatinya begitu hancur, rasanya ingin menyobek-nyobek tubuh ini,
tapi tak bisa. Jack memang anak yang cerdas, dari keterpurukannya itu, ia
memikirkan suatu hal baru, untuk masa depannya kelak. Ia kembali membangun
sebuah konveksi dari sisa uang yang ia miliki. Ia tidak menyangka, bahwa
usahanya kali ini empat kali lipat lebih maju dari sebelumnya! Inikah kehendak
tuhan? Terkadang ia memberikan sebuah ujian untuk hambanya, untuk mengetahui
seberapa jauh ia dapat bertahan. Dan sungguh tak terduga, terdapat kebahagiaan
dibalik itu semua, sebuah janji yang telah ditepati oleh sang maha pencipta.
Bisnis konveksinya kini telah sukses! Membangun cabang di berbagai kota.
Membuat nama perusahaan yang ia miliki, terkenal hingga kemulut tetangga
didesanya. Mendengar akan hal itu, Meliana lega. Ia senang karena salah satu
sahabatnya kini telah sukses, dengan usaha dan kerja kerasnya. Seminggu sekali
Jack menelpon neneknya, ia sangat merindukan suara neneknya. Hanya saja, sang
nenekpun belum beranjak sembuh. Ia hanya mendengar ocehan tidak jelas yang
dikeluarkan neneknya. Ia telah paham, Jack harus membawa neneknya kerumah sakit
terkenal, agar bisa membuatnya sembuh. Sebab, neneknya adalah salah satu orang
yang sangat ia cintai saat ini.
Jack datang kedesa tempat ia tinggal
dulu, dengan jas berdasi, dan mobil mewah yang dikenakannya. Para warga telah
pangling akan kedatangannya, membuat mereka menebar gosip, siapakah pria tampan
yang berada didesanya. Ia langsung bergegas memasuki rumah kumuh yang sudah
reot, menemui Meliana yang sedang merawat neneknya. Hatinya sungguh sedih,
sebab keadaan nenek tidak kunjung membaik. Ia berjanji, dengan membawa neneknya
ke rumah sakit terkenal dikota, neneknya pasti sembuh! Meliana sedari tadi
hanya memandangi Jack dengan kagum, pria yang dulu dikenalnya, kini telah
berevolusi menjadi sosok yang tampan dan kaya. Didalam tempat yang dikerumungi
banyak tetangga sekitar, datang seorang laki-laki tua yang nampak lusuh. Dengan
kondisi yang seperti tak terurus. Jack memandangi sosok pria itu bingung,
siapakah dia?
Apa yang diperbuat sang pria membuat
semua orang yang melihat terbelialak, secara tiba-tiba, sang pria menunduk,
memeluk kaki Jack dengan air mata yang terlinang dikedua matanya.
“Siapa kamu?” tanya Jack bingung.
“Aku...Aku…Ay—“
“Ayaah?” Jack langsung menyadari
akan hal itu.
“Kamu benar nak.” tangisan itu kini
telah sedikit tercampur dengan senyuman.
Jack sama sekali tidak bahagia, akan
kehadiran ayahnya yang tidak ia inginkan! Ia teringat akan kejadian 15 tahun
yang lalu, yang telah membuat hidupnya menjadi kelam. Hingga ia harus bekerja
mati-matian demi memenuhi hidupnya, dan neneknya. Sosok ayah Jack terus
menangis, memohon meminta ampun pada anaknya sendiri, para tetangga yang
melihatnyapun ikut iba. Kini mereka telah melihat adegan dramatis yang menusuk
hati. Jack, adalah sesosok anak yang terpuji, contoh tauladan bagi para
tetangganya. Ia bagaikan seperti malaikat kecil yang menyamar sebagai warga
miskin dulu. Sehingga apa yang dikatakannya, membuat semua hati yang
menyaksikan merasa lega.
“Ayah. Aku memaafkanmu. Atas semua
perlakuan burukmu yang telah kau lakukan. Tapi sekarang, aku telah berhasil,
menjadi anak yang ayah inginkan. Menjadi anak yang baik, jujur, tak pernah
berbohong, dan pemaaf. Seperti yang selalu ayah ajarkan padaku, saat sebelum
tidur, ketika ayah menceritakan sebuah dongeng padaku, untuk pengantar tidur.
Agar aku harus menjadi anak yang terpuji, dan menjadi contoh tauladan yang baik
bagi orang lain.”
Para tetangga yang melihat, Meliana,
Nenek Jack ikut terbawa suasana, mereka menangis tersedu-sedu akan suasana ini.
Sebuah momen-momen yang sangat jarang ditemui. Seorang pecandu narkoba yang
datang memohon ampun pada anaknya sendiri.
Masa depan Jack telah terbentuk,
kondisi nenek kian membaik, Ayah Jack kini telah bisa kembali bekerja,
diperusahaan yang anaknya miliki. Sedangkan untuk Jack sendiri, ia menikahi
Meliana. Seseorang yang dulu pernah menjadi sahabatnya, dia salah satu orang
yang paling mengerti akan keadaannya. Memberikan berbagai sentuhan kasih sayang
pada Jack. Mereka telah menikah, dan membangun sebuah keluarga yang bahagia.
Dengan kedua anak yang berperilaku terpuji, persis seperti kedua orang tuanya.
-Tamat
0 komentar:
Posting Komentar