Featured Post Via Labels

Instagram Photo Gallery

7 Feb 2016

Jack - Pilihan Hidup [Episode 2]

Share & Comment

Yusril Takeuchi



Jack – Pilihan Hidup



Diterbitkan secara mandiri
melalui blog.yusriltakeuchi.com




Credits

Oleh: Yusril Takeuchi
Copyright © 2016 by Yusril Takeuchi

Penerbit
Yusril Takeuchi
www.yusriltakeuchi.com
yusriltakeuchi@gmail.com

Desain Sampul:
Yusril Takeuchi

Download Versi PDF:

Diterbitkan melalui:
Blog.yusriltakeuchi.com






            Jauh dipelosok desa yang terdalam, disebuah tempat yang jauh dari perkotaan. Terdapat seorang anak yang bekerja keras di usianya yang masih sangat belia. Dia bernama, Jack. Seorang anak remaja berusia 16 tahun, yang telah memilih jalan hidupnya menjadi tukang kayu, didesanya. Faktor ekonomi yang sangat rendah, yang menyebabkan Jack harus membanting tulang diumurnya yang masih sangat muda. Kini, dia tinggal didesa hilir sungai bersama dengan neneknya, yang hidup sakit-sakitan. Pemuda 16 tahun ini sangat menginginkan dengan yang namanya sekolah, dapat belajar bersama teman-teman dikelas, berbagi cerita dan canda bersama, adalah impian terbesar bagi dirinya. Jika Jack diberi kempatan akan hal itu, ia akan bersungguh-sungguh memanfaatkannya hingga meraih prestasi.
Setiap hari, disetiap pagi. Jack pergi menuju hutan dengan kapak yang selalu digendongnya, meninggalkan sang nenek dirumah untuk sesaat, untuk mencari uang, sebagai modal makanan mereka berdua nanti. Jack terbilang anak yang memiliki banyak kepribadian baik, salah satunya adalah kejujuran. Sebuah sifat yang menjadi suri tauladan bagi para tetangganya. Ketika Jack mengantarkan kayu-kayu pada pelanggan, ia selalu mengatakan dengan jelas kekurangan, dan kelebihan kayu yang dijualnya. Sebuah hal yang membuat bingung, meskipun Jack menawarkan kayu-kayunya yang terlihat buruk, para pelanggan justru memborong semuanya. Sehingga, hampir setiap hari, semua kayu yang dijualnya pasti habis terjual! Terkadang pula dia mendapatkan bonus dari pembeli. Jack menjual satu ikat kayu bakar yang masih bagus dengan harga 10 Dinar, sedangkan untuk yang buruk seharga 5 Dinar. Harga seperti itu terbilang cukup murah, tidak heran Jack selalu kebanjiran pembeli. Jika ia bertemu dengan pembeli yang baik hati, orang itu memberinya 20 Dinar untuk satu ikat kayu bakar yang masih bagus, dan 10 Dinar untuk yang buruk.

            Pada beberapa hari yang lalu, Jack mendapatkan sebuah penghargaan berharga baginya. Disebuah sungai, yang letaknya tak jauh dari desanya berada. Ia bertemu dengan seorang peri, sosok peri penjaga sungai yang sangat cantik. Pada saat itu, Jack sedang bersantai dipinggir sungai, hingga suatu ketika kapak yang ia miliki tercebur karena tersenggol. Sebuah kapak besi kesayangannya, yang selalu membantunya dalam mencari uang. Dia sangat syok akan hal itu, hidup ini bagaikan tak ada artinya lagi. Namun, ditengah keputusasaannya, muncul sebuah cahaya yang menyilaukan dari dalam sungai, hingga menampakkan sosok peri penjaga sungai yang sangat anggun! Jack hampir dibuat tidak percaya akan hal itu, ia merasa, kini telah berada disebuah negri dongeng. Sang peri datang menghampiri Jack dengan senyum manis yang menenangkan jiwa. Kemudian bertanya pada pemuda yang kini berada di hadapannya.
            “Hai pemuda yang baik hati. Sedang apa kau berada disini?”
            “Aku, kebetulan lewat. Dan bermaksud untuk beristirahat, namun, kapak kesayanganku tercebur kedalam sungai.” wajah Jack kini mulai bersedih.
            Dengan rasa tidak percaya, dari kedua tangan peri itu mengeluarkan sebuah cahaya, kemudian menyodorkannya kedepan arah Jack berdiri. Hingga kini, ia melihat 3 kapak yang berbeda. Yang pertama terbuat dari bahan berlian, kemudian yang kedua dari emas, dan yang terakhir dari besi.
            “Yang manakah kapak milikmu?” tanya sang peri.
            Jack memperhatikan ketiga kapak itu beberapa saat, hingga tak lama ia berhasil menemukan kapak miliknya.
            “Ini, kapak besi ini milikku!” ia menunjuk-nunjuk kearah kapak besi yang nampak jelek.
            Sang peri tersenyum, kini ia telah paham, bahwa anak yang dihadapannya adalah seorang anak yang sangat jujur. Jack bisa saja berbohong, dengan menyebutkan bahwa kapak berlian itu miliknya. Namun ia tak melakukannya.
            “Aku sangat senang akan kehadiran anak sepertimu disini, kau anak yang sangat jujur. Karena kejujuranmu, aku akan memberikan ketiga kapak ini untukmu. Dan sajian makanan mewah, untuk nenekmu dirumah.”
            Sang peri kembali menyodorkan tangan yang bercahayanya di sisi lain, hingga menyulap sebuah tanah kosong, kini telah terisi oleh berbagai makanan-makanan mewah! Sungguh ajaib. Hati Jack kini telah labil, tindakan apa yang harus ia lakukan. Kebahagiaan yang dia dapatkan membuatnya kebingungan, karena  terlalu bahagia.
            “Terima kasih peri! Semoga perbuatanmu akan di balas tuhan.”
            Semenjak saat itulah, Jack menjadi lebih mudah dalam memotong kayu dihutan. Itu semua berkat kapak berlian pemberian peri penjaga sungai.

            Jack tinggal disebuah rumah yang kecil, terlihat sangat kumuh, namun bersih akan sampah. Setiap sore sebelum ia beristirahat, Jack selalu menyempatkan waktu untuk membersihkan rumah sendirian, serta memberikan neneknya obat dan makanan. Para tetangga yang berada disekitarnya telah bersimpati pada Jack. Terkadang, ada beberapa tetangga yang memberikannya makanan, pakaian, hingga buku-buku pelajaran. Ia senang bisa mendapatkan buku-buku itu, karena ia dapat kembali belajar dirumahnya. Saking minimnya pendapatan yang ia dapatkan, untuk beberapa hari Jack pernah hanya memakan sebuah Roti kering, sebab uang yang ia miliki harus dipakai untuk membeli obat neneknya. Tak jarang pula ia merasakan kelaparan yang luar biasa, karena uang yang dimilikinya telah lenyap, diambil oleh sekumpulan perampok yang jahat. Hatinya teriris, mengeluarkan air mata yang terus membanjiri kedua matanya. Ia tak memikirkan apakah ia dapat makan hari ini, melainkan apa yang harus dimakan neneknya hari ini.
            Ibunya telah meninggal saat ia berumur 10 tahun, karena sebuah tragedi pembunuhan yang tragis! Saat sang ayah pulang kerja, ia melihat sosok istrinya telah terkapar tak bernyawa dilantai, bersimbah darah yang berceceran dimana-mana. Hatinya begitu sakit, rasanya hidup ini tak ada artinya lagi, tanpa seorang kekasih yang sangat ia cintai berada disisinya. Karena keputusasaan yang Ayah Jack miliki, membawanya kesebuah jalan yang kelam, ia telah salah jalan. Ia menggunakan berbagai obat-obatan terlarang untuk menangkan hatinya. Ia berharap bisa melupakan semua beban pikiran dalam dirinya. Jack yang masih kecil, hanya terlihat ketakutan setiap kali ayahnya memanggil. Rasanya, ia ingin kabur dari rumah, menuju suatu tempat yang lebih tenang, tanpa adanya ayah berada disisinya. Perbuatan tercela Ayah Jack tak berlangsung lama, hingga suatu hari, ayah Jack tertangkap basah menggunakan obat-obatan terlarang. Hingga ia ditangkap dan dipenjarakan selama 15 tahun.
            Mendengar akan kejadian itu, sang nenek. Mengambil alih hak asuh Jack yang ayahnya miliki. Hingga semenjak itulah, Jack pergi dari perkotaan, menuju sebuah desa yang sangat sederhana, bersama sang nenek tercinta. Salah satu orang yang kini dapat melindunginya. Dulu, kondisi tubuh nenek masih sangat sehat. Mereka berdua sering pergi kehutan bersama untuk mencari kayu bakar, mengajari Jack bagaimana cara menebang sebuah kayu, memberinya sebuah kasih sayang lebih, yang sudah bertahun-tahun tak ia dapatkan. Tapi itu hanya masa lalu, semenjak neneknya terserang berbagai penyakit, termasuk penyakit stroke, yang telah melumpuhkan berbagai fungsi gerak tubuhnya. Kini, keseharian nenek Jack hanya berada diatas kasur yang reot, tak bisa bergerak banyak, bahkan untuk berbicara pun sulit. Jack turut prihatin akan keadaan neneknya, yang semakin hari bukannya membaik justru bertambah buruk. Ia ingin membawanya kerumah sakit, tapi ia tidak mempunyai uang. Terkadang, teman dekatnya Jack datang kerumah untuk sekedar menengok nenek Jack, memberinya suapan makanan seperti pada nenek sendiri. Wanita itu bernama Meliana, seorang wanita cantik nan anggun, seorang anak dari kepala desa yang menjadi kembang desa ditempatnya. Beberapa orang dibuat kebingungan, mengapa Meliana bersikeras memberi perhatian lebih pada keluarga Jack, yang miskin. Padahal ia bisa saja mendapatkan seorang kekasih bangsawan, yang kaya raya. Baginya, nenek Jack bagaikan neneknya sendiri. Sebab semasa sehatnya, nenek Jack selalu berbuat baik pada Meliana, hingga kini ia ingin membalaskan budi sang nenek, walau hal itu takkan pernah bisa terbalaskan.

            Disuatu hari yang nampak cerah, dan begitu tenang. Jack berjalan dipusat desa setelah menjual beberapa kayu miliknya. Penjualan pada hari inipun berjalan seperti biasanya, semua habis terjual. Namun, ditengah perjalanannya yang tenang, terdapat sebuah tragedi baru dalam hidupnya. Sebuah hal yang mungkin sulit untuk ia lupakan, dan belum pernah ia rasakan. Terdapat perampokan bank yang membuat warga sekitar berlarian melarikan diri. Para pegawai bank disandra, tak ada yang berani memberontak, sebab mereka telah dikalungi berbagai bom yang kapan saja bisa meledakannya. Mengetahui akan hal itu, Jack pun telah terbawa suasana. Ia telah panik, tak tahu harus berbuat apa. Para polisipun telah berdatangan, tapi dari sekian banyaknya para aparat, tak ada satupun yang memberikan perlawanan. Sungguh miris, sebab mereka takut jika sandra akan celaka. Dilain sisi, Jack melihat seorang anak kecil yang dalam keadaan berbahaya, sudah menjadi santapan empuk sang perampok. Ia tak bisa berdiam diri akan hal itu, sehingga Jack langsung berlari dan menubruk badan sang perampok, dan mementalkannya beberapa meter dari lokasi. Jack langsung menyelamatkan sang anak, menggendongnya sekuat tenaga. Namun, sebuah peluru panas berhasil menembus betis kakinya, membuatnya tak bisa berjalan. Sang anak terjatuh dari gendongannya, ia menangis teresedu-sedu.
            “Cepat pergi nak! Tak ada waktu lagi untuk menunggu.”
            Awalnya anak itu terus menolak apa yang diperintahkannya, namun Jack terus memaksa, hingga akhirnya ia mengalah dan berlari meninggalkan Jack yang sudah tak berdaya, tak sanggup untuk melarikan diri.
            Tiba-tiba, terdapat komplotan perampok lain datang menghampirinya, menarik rambut Jack lalu menyeretnya ketempat anggota mereka berkumpul. Jack yang tidak sanggup melawan hanya bisa pasrah, semua perlawanan yang ia lakukan sia-sia, sama sekali tak membawakan hasil apapun.
            “Anak brengsek ini, telah berani menabrak saya. Hingga membuat kepalaku bocor terbentur tembok. Menurut kalian, apa yang pantas untuk memberi pelajaran pada anak kurang ajar ini?” tanya sang perampok yang tadi Jack tubruk.
            “Kita lumpuhkan saja kedua kaki, dan tangannya. Hahaha!” tawa keji anggota komplotan lainnya.
            Hingga beberapa saat, sang bos mulai memberikan perintahnya.
            “Kita tidak akan melakukan itu, melainkan kita akan memanfaatkannya.”
            “Memanfaatkan?” tanya semua anggota bingung.
            “Kita akan menjadikannya sebagai perisai, para polisi tidak akan menyerang selagi kita bersama sandra. Kita ambil kesempatan emas ini, untuk mengambil mobil besar yang berada disana, untuk kita kabur. Bersama semua uang yang kita miliki.”
            Mendengar akan rencana cerdik tersebut, semua anggotanya langsung menyetujui. Sehingga rencana jahatnya itu mulai berjalan, dengan Jack sebagai umpan. Para perampok berjalan dengan tenang, menuju mobil BMW besar yang berada dipinggir jalan, dengan pintu yang terbuka, dan kunci kendali yang belum dicabut.
            “Gawat Pak, apa yang harus kita lakukan?” tanya seorang polisi yang nampak kebingungan.
            “Kita tidak boleh melukai sandra, kita lihat saja terlebih dahulu, apa yang akan mereka lakukan. Jika mereka melarikan diri dengan mobil itu, kita harus mengejarnya.” jawab sang jendral.

            Dengan perlahan, para perampok memasukkan milyaran uang kedalam bagasi mobil yang besar, bersama dengan Jack yang dilemparkan kedalam mobil, dengan keadaan kaki dan tangan yang diikat. Setelah semua uang telah dimasukkan, para komplotan itu mulai menancap gas sekencang-kencangnya, menabrak apapun yang menghalangi. Sehingga mereka berhasil kabur dari sergapan polisi. Para aparat tidak bisa tinggal diam, mereka mengejar para perampok beramai-ramai, sehingga terjadi adegan kejar-kejaran serta berbagai tembakan antara sang polisi, dan para penjahat. Tapi, lawan mereka kali ini bukan sembarangan, mereka adalah kumpulan perampok yang cerdas, sekaligus licik. Mereka berjalan menuju jalanan-jalanan yang sempit, yang sulit untuk dilewati banyak mobil aparat. Hingga disebuah tempat yang tidak terlalu lebar, terdapat batu besar yang reot, para perampok memanfaatkannya. Dan pada saat yang tepat, mereka menembakkan bebatuan itu hingga roboh! Para aparat telah dibuat kaget oleh aksinya, dan sekarang bebatuan besar itu telah menutup jalan sang polisi, meninggalkan para perampok dibalik sisi batu. Yang telah terbebas dari kejaran.
            “Woy lepasin! Lepasin!” Jack terus memberontak didalam mobil.
            “Anak ini berisik banget! Sumpel aja mulutnya, biar tidak kebanyakan bicara.”
            Kini Jack tak dapat lagi berbicara, mulutnya telah ditutup oleh kain yang menghalangi pita suaranya. Ia hanya bisa pasrah, akan keadaan.

            Selang beberapa saat didalam mobil yang sesak, ia telah tiba disebuah tempat yang menyeramkan, kurasa ini markas rahasia mereka. Jack dikeluarkan dari dalam mobil, dan diseret kedalam rumah untuk langsung dikurung dalam kamar. Sedangkan diluar sana, mereka sedang berpesta pora akan kemangannya. Jack bukanlah tipe orang yang mudah menyerah! Ia selalu memikirkan cara untuk melarikan diri. Dan apa yang dilihatnya dipojok lantai, seperti membuka harapan baru bagi hidupnya. Ia melihat sebuah pisau, berada di bawah meja, ia hanya perlu merangkak dan mengambilnya. Lalu menggunakan benda itu untuk memotong tali yang mengikat pergelangan tangannya. Jack terus berusaha sekuat tenaga, dan perjuangannyapun membawakan hasil! Ikatan tangannya kini telah terlepas, dan disusul oleh kakinya. Ia melihat keadaan sekitar dengan seksama, Jack melihat sebuah jendela, yang sama sekali tidak terkunci.
            “Kurasa inilah salah satu kebodohan mereka, membuat sebuah jendela pada kamar penyandraan.”
            Jack bersikeras memanjat jendela yang cukup tinggi, meraih kuat-kuat agar pegangannya tepat. Kini ia telah berhasil melarikan diri dari kamar yang penak itu. Ia telah berada di halaman belakang markas penjahat. Jack bergegas melarikan diri, dengan pisau yang masih digenggamnya. Dan suatu saat, aksinya telah dipergoki oleh salah satu komplotan yang sedang patroli. Dia menangkap Jack, memeluknya erat agar tidak bisa bergerak dan melarikan diri. Tapi, ia menusukkan pisau yang digenggam kekaki sang perampok, membuatnya kesakitan histeris jatuh tersungkur ketanah. Tanpa pikir panjang, Jack langsung meninggalkan orang itu dan kembali menuju desa.

            Kini ia telah aman, nasibnya telah terbebas dari cengkraman sang perampok. Namun tetap saja, Jack masih kewalahan dalam berjalan, karena  tembakan tadi yang menembus kakinya. Setibanya Jack dikantor polisi, ia langsung melaporkan letak keberadaan markas para penjahat yang tadi merampok bank. Jack juga mengatakan, bahwa ia salah satu sandra yang berhasil kabur, dengan menunjukkan luka bekas tembakkan di kaki kanannya. Para polisi dengan cepat menyikapinya. Dan bergegas untuk langsung memulai penyergapan, membawa puluhan aparat polisi dengan persenjataan lengkap! Jack yang melapor juga turut serta diajak para polisi untuk memulai penyergapan, untuk menunjukkan jalan. Setibanya di markas mereka, para polisi sudah mengambil ancang-ancang penyergapan. Seluruh tempat itu telah terkepung, tak ada jalan untuk mereka bisa kabur. Dan ketika para polisi mulai memasuki rumah yang terlihat tua, para perampok berlarian kocar-kacir kesana-kemari menyelamatkan diri. Tembakkan para polisi pun sudah tak asing lagi terdengar ditelinga. Tidak memakan waktu yang lama, para buronan itu telah berhasil dibekuk! Polisi kini telah lega, karena targetnya kali ini telah tertangkap. Jack sangat tidak menyangka akan hal yang terjadi setelah ini. Semua polisi kini telah berbaris, menghadap seorang Jack yang berjasa bagi mereka. Dari sisi lain, datanglah sang jendral. Membawa sebuah map kuning ditangannya.
            “Kamu anak yang hebat! Saya bangga denganmu. Sebagai suatu penghargaan, saya memberikanmu sebuah lencana, atas jiwa keberanianmu. Dan sebuah uang senilai Satu Juta Dinar untukmu.”
            “Pa… Pak… Pak polisi tidak salah bicara? Satu juta Dinar? Tidak mungkin!” Jack nyaris tidak percaya akan apa yang ia dapatkan.
            “Ini benar, nak. Terimalah, sebagai salah satu penghargaan keberanianmu.”
            Para polisi kini telah menaikkan tangannya ke dahi, memberi hormat pada sosok Jack, yang sangat berjasa. Ia tak menyangka, bahwa nasibnya akan berubah menjadi baik seperti ini. Dengan uang yang ia miliki sekarang, ia bisa mewujudkan mimpinya, kembali menuju kota, membangun sebuah usahanya sendiri.
Jack pulang menuju rumah, membawa sebuah kabar bahagia untuk neneknya, dan Meliana yang sedang merawat. Awalnya, Meliana kaget ketika melihat kaki Jack yang berdarah-darah, sehingga ia langsung bergegas mengobati. Tapi dilainhal, Jack menunjukkan uang Satu juta Dinar yang berada ditangannya, pada neneknya tercinta. Ia menceritakan kejadian yang baru saja ia alami, neneknya sangat sedih sekaligus senang. Sebab Jack akan pergi meninggalkan neneknya, menuju pusat kota, membangun usahanya hingga menjadi orang yang sukses, dengan modal yang baru saja ia peroleh.

            Dikeesokan harinya yang cerah, Jack telah berpakaian rapih untuk memulai perjalannnya, kembali menuju pusat kota. Ia tahu, hatinya teriris jika harus meninggalkan neneknya disini. Tapi, ia sudah mempercayakannya pada Meliana, salah satu orang yang ia percaya, untuk menjaga dan merawat nenek. Sebulan sekali, Jack mengirimkan uang untuk neneknya didesa, untuk keperluan makan, dan obat-obatan. Bisnis pakaiannya kinipun telah maju, memberikan banyak keuntungan baginya. Disuatu hari, Jack harus kembali mendapati hal pahit. Toko yang ia miliki untuk usahanya, telah hangus dilahap sijago merah. Hatinya begitu hancur, rasanya ingin menyobek-nyobek tubuh ini, tapi tak bisa. Jack memang anak yang cerdas, dari keterpurukannya itu, ia memikirkan suatu hal baru, untuk masa depannya kelak. Ia kembali membangun sebuah konveksi dari sisa uang yang ia miliki. Ia tidak menyangka, bahwa usahanya kali ini empat kali lipat lebih maju dari sebelumnya! Inikah kehendak tuhan? Terkadang ia memberikan sebuah ujian untuk hambanya, untuk mengetahui seberapa jauh ia dapat bertahan. Dan sungguh tak terduga, terdapat kebahagiaan dibalik itu semua, sebuah janji yang telah ditepati oleh sang maha pencipta. Bisnis konveksinya kini telah sukses! Membangun cabang di berbagai kota. Membuat nama perusahaan yang ia miliki, terkenal hingga kemulut tetangga didesanya. Mendengar akan hal itu, Meliana lega. Ia senang karena salah satu sahabatnya kini telah sukses, dengan usaha dan kerja kerasnya. Seminggu sekali Jack menelpon neneknya, ia sangat merindukan suara neneknya. Hanya saja, sang nenekpun belum beranjak sembuh. Ia hanya mendengar ocehan tidak jelas yang dikeluarkan neneknya. Ia telah paham, Jack harus membawa neneknya kerumah sakit terkenal, agar bisa membuatnya sembuh. Sebab, neneknya adalah salah satu orang yang sangat ia cintai saat ini.
            Jack datang kedesa tempat ia tinggal dulu, dengan jas berdasi, dan mobil mewah yang dikenakannya. Para warga telah pangling akan kedatangannya, membuat mereka menebar gosip, siapakah pria tampan yang berada didesanya. Ia langsung bergegas memasuki rumah kumuh yang sudah reot, menemui Meliana yang sedang merawat neneknya. Hatinya sungguh sedih, sebab keadaan nenek tidak kunjung membaik. Ia berjanji, dengan membawa neneknya ke rumah sakit terkenal dikota, neneknya pasti sembuh! Meliana sedari tadi hanya memandangi Jack dengan kagum, pria yang dulu dikenalnya, kini telah berevolusi menjadi sosok yang tampan dan kaya. Didalam tempat yang dikerumungi banyak tetangga sekitar, datang seorang laki-laki tua yang nampak lusuh. Dengan kondisi yang seperti tak terurus. Jack memandangi sosok pria itu bingung, siapakah dia?
            Apa yang diperbuat sang pria membuat semua orang yang melihat terbelialak, secara tiba-tiba, sang pria menunduk, memeluk kaki Jack dengan air mata yang terlinang dikedua matanya.
            “Siapa kamu?” tanya Jack bingung.
            “Aku...Aku…Ay—“
            “Ayaah?” Jack langsung menyadari akan hal itu.
            “Kamu benar nak.” tangisan itu kini telah sedikit tercampur dengan senyuman.
            Jack sama sekali tidak bahagia, akan kehadiran ayahnya yang tidak ia inginkan! Ia teringat akan kejadian 15 tahun yang lalu, yang telah membuat hidupnya menjadi kelam. Hingga ia harus bekerja mati-matian demi memenuhi hidupnya, dan neneknya. Sosok ayah Jack terus menangis, memohon meminta ampun pada anaknya sendiri, para tetangga yang melihatnyapun ikut iba. Kini mereka telah melihat adegan dramatis yang menusuk hati. Jack, adalah sesosok anak yang terpuji, contoh tauladan bagi para tetangganya. Ia bagaikan seperti malaikat kecil yang menyamar sebagai warga miskin dulu. Sehingga apa yang dikatakannya, membuat semua hati yang menyaksikan merasa lega.
            “Ayah. Aku memaafkanmu. Atas semua perlakuan burukmu yang telah kau lakukan. Tapi sekarang, aku telah berhasil, menjadi anak yang ayah inginkan. Menjadi anak yang baik, jujur, tak pernah berbohong, dan pemaaf. Seperti yang selalu ayah ajarkan padaku, saat sebelum tidur, ketika ayah menceritakan sebuah dongeng padaku, untuk pengantar tidur. Agar aku harus menjadi anak yang terpuji, dan menjadi contoh tauladan yang baik bagi orang lain.”
            Para tetangga yang melihat, Meliana, Nenek Jack ikut terbawa suasana, mereka menangis tersedu-sedu akan suasana ini. Sebuah momen-momen yang sangat jarang ditemui. Seorang pecandu narkoba yang datang memohon ampun pada anaknya sendiri.

            Masa depan Jack telah terbentuk, kondisi nenek kian membaik, Ayah Jack kini telah bisa kembali bekerja, diperusahaan yang anaknya miliki. Sedangkan untuk Jack sendiri, ia menikahi Meliana. Seseorang yang dulu pernah menjadi sahabatnya, dia salah satu orang yang paling mengerti akan keadaannya. Memberikan berbagai sentuhan kasih sayang pada Jack. Mereka telah menikah, dan membangun sebuah keluarga yang bahagia. Dengan kedua anak yang berperilaku terpuji, persis seperti kedua orang tuanya.


-Tamat 
Tags:

Written by

Seorang penulis novel fantasi yang memiliki minat dalam berbagai hal seperti programming dan game making.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fantasy

Fiksi Ilmiah

Wattpad: @yusriltakeuchi

Copyright © Yurani Takeuchi | Thanks to Yusril Takeuchi