Featured Post Via Labels

Instagram Photo Gallery

21 Apr 2016

Aku Dan Heliophobiaku

Share & Comment


            Di dalam planet ini, terdapat berbagai waktu yang silih berganti. Ada pagi, siang, sore, dan malam. Namun siapa sangka bahwa ada seseorang yang tidak menyukai beberapa dari waktu tersebut? Itulah yang aku kurasakan saat ini. Aku benci pagi hari, aku benci siang hari hingga sore. Aku benci di mana keadaan matahari sangat menyengat menusuk ke dalam pori-pori kulitku. Aku menyukai malam dan hujan. Karena hanya pada saat itulah aku bisa berada di sebuah tempat yang teduh. Tidak ada sengatan matahari secara langsung yang menyengat.
Mungkin ini terkesan aneh, setiap orang memandang aneh kearahku. Bukan karena wajahku yang buruk, bukan karena kecacatan fisikku. Tapi mereka menatap sinis dari apa yang kukenakan. Setiap sepulang sekolah atau sedang berpergian ke suatu tempat pada pagi hari hingga sore. Aku selalu berpakaian seperti layaknya seorang ninja. Sangat tertutup. Dengan tubuh yang mengenakan jacket tebal, kepala yang di tutup penutup hoodie, serta mulut yang di tutup masker hitam. Semuanya serba hitam. Bukan hanya itu yang mereka pandang aneh, ketika aku berjalan selalu menunduk, seperti tak mau melihat apa yang berada di depanku. Aku selalu mencari jalan yang teduh, tak mau berlama-lama berada di bawah terik matahari langsung. Aku benci dimana posisi matahari berada di depan wajahku, itu adalah saat yang paling kubenci. Sehingga aku mencari jalan yang sekiranya bisa menutupi wajahku dari sinar itu. Melewati berbagai gang, mall, dan tempat teduh lainnya. Apa saja, yang terpenting aku bisa jauh dari sinar matahari.
            Mungkin juga bagi kamu yang membaca tulisan ini merasa aneh bukan? Tapi itulah aku, dengan phobia yang tak lazim bagi orang banyak. Penderita Heliophobia di dunia ini bukan hanya aku saja, bukan aku satu-satunya orang di dunia ini yang sepertiku. Banyak diluar sana yang senasib denganku. Atas dasar apa kami seperti ini? Perlu kalian ingat, kami bukanlah vampire ataupun Dracula. Ketika di hari kamis dan terdapat jam pelajaran olahraga di pagi hari. Dimana saat itu aku secara terpaksa harus berada di lapangan yang panas. Melakukan berbagai aktifitas olahraga sesuai yang guru arahkan. Dimana kulihat teman-temanku sangat berbahagia dengan keadaan itu, mereka dapat bercanda tawa, menyehatkan jasmani mereka dengan sangat riang. Tapi berbeda denganku, justru aku merasa tersiksa jika harus berlama-lama berada disana. Kepalaku semakin pusing, rasanya tak sanggup untuk berdiri lagi. Namun aku menahannya, karena tidak mau merepotkan teman-teman yang harus membawaku ke ruang UKS untuk beristirahat. Setidaknya aku selalu mencari tempat yang teduh di sudut lapangan, yang tidak terkena sinar matahari. Teman-teman riang bermain sepak bola dan bola basket. Tapi aku hanya bisa bermain bulu tangkis di dalam indoor.
            Biasanya setiap malam hari di hari kamis, aku akan sakit panas dingin karena berpanas-panasan tadi pagi di sekolah, tanpa menggunakan pelindung satupun. Dan ketika keadaanku belum membaik hingga pagi hari, aku harus berada di rumah dan tidak mengikuti pelajaran di hari jumat. Aku selalu menyempatkan diri untuk beistirahat tidur siang sepulang sekolah. Untuk memulihkan kembali kondisiku. Setidaknya setelah aku terbangun, kondisi tubuhku kembali pulih, sebab itu salah satu penyembuhku dari phobia ini. Tapi jika panasku terlalu tinggi, sakit itu akan terbawa hingga malam bahkan pagi hari.
            Memang buruk bagi penderita phobia ini, sebab mereka akan kurang mendapatkan Vitamin D. Walau bagaimanapun juga, ini sudah menjadi kehidupan sehari-hari kami, para penderita Heliophobia. Lalu apakah penderita phobia tak lazim ini menjadi anti sosial? Tidak juga. Karena aku masih bisa mengunjungi teman-temanku di malam hari, tetap memiliki teman-teman di sekolah saat pagi hingga siang. Tak selamanya aku berada di dalam tempat perlindungan, suatu saat aku harus pergi keluar rumah menuju padang pasir yang panas, untuk suatu kepentingan pribadi. Dari sana aku mencoba untuk sabar, dan menahannya. Semoga saja aku tidak pingsan di jalan. Bagaimana dengan status hubunganku dengan seorang wanita, dimana suatu saat aku harus berpergian dengannya di siang hari? Perlu kau tahu, seorang kekasih yang baik akan mengorbankan apapun untuk kekasihnya. Aku akan mencoba untuk menahannya sebisaku, aku tak mau jika harus mengecewakan dan merusak momen-momen indah kita berdua. Tak apa, aku bisa menahannya. Setidaknya masih ada malam hari untukku beristirahat, dan masih ada obat sebagai penawar phobiaku ini.
            Jangan menatap kami dengan pandangan aneh, kami hanya berusaha untuk tetap hidup tanpa harus mengalami sakit. Memang memakai pakaian serba tertutup di siang hari membuat tubuh menjadi gerah, setidaknya itu lebih baik dibandingkan harus menahan sakit panas dingin yang luar biasa, bahkan sempat mengalami sesak nafas. Membuat kondisi tubuh menjadi menurun, semua mood seolah lenyap. Tak ada semangat dan gairah hidup. Aku selalu berdoa kepada tuhan, semoga ia menyembuhkan phobiaku ini, sebuah phobia yang tak lazim. Akupun ingin menjadi seperti teman-teman, dimana mereka dapat bermain dengan bebas tanpa harus memperhatikan apapun. Tak ada pantangan bagi mereka. Hidup begitu bebas bagai burung yang berterbangan di udara. Sangat bebas, terserah kemana kita ingin pergi. Meskipun tempat itu panas, dingin, ataupun berbahaya. Yang terpenting kita bisa bermain bersama-sama. Tanpa harus memperdulikan apa yang menjadi penghambat kita bersama.

            Hidup seorang penderita Heliopobia, mereka menyukai dingin, malam, hujan, tapi sangat membenci panas. Kini hidup mereka harus berlawanan dengan salah satu cuaca yang menjadi ciri khas negara tropis. Tak apa aku menjadi seperti ini, tak perduli mau seperti apa orang lain memandangku, aku hanya berjalan sesuai jalan yang telah kutentukan. Aku hanya ingin hidup dengan bebas.
Tags: ,

Written by

Seorang penulis novel fantasi yang memiliki minat dalam berbagai hal seperti programming dan game making.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fantasy

Fiksi Ilmiah

Wattpad: @yusriltakeuchi

Copyright © Yurani Takeuchi | Thanks to Yusril Takeuchi