Di
dalam planet ini, terdapat berbagai waktu yang silih berganti. Ada pagi, siang,
sore, dan malam. Namun siapa sangka bahwa ada seseorang yang tidak menyukai
beberapa dari waktu tersebut? Itulah yang aku kurasakan saat ini. Aku benci
pagi hari, aku benci siang hari hingga sore. Aku benci di mana keadaan matahari
sangat menyengat menusuk ke dalam pori-pori kulitku. Aku menyukai malam dan
hujan. Karena hanya pada saat itulah aku bisa berada di sebuah tempat yang
teduh. Tidak ada sengatan matahari secara langsung yang menyengat.
Mungkin
ini terkesan aneh, setiap orang memandang aneh kearahku. Bukan karena wajahku
yang buruk, bukan karena kecacatan fisikku. Tapi mereka menatap sinis dari apa
yang kukenakan. Setiap sepulang sekolah atau sedang berpergian ke suatu tempat
pada pagi hari hingga sore. Aku selalu berpakaian seperti layaknya seorang
ninja. Sangat tertutup. Dengan tubuh yang mengenakan jacket tebal, kepala yang
di tutup penutup hoodie, serta mulut yang di tutup masker hitam. Semuanya serba
hitam. Bukan hanya itu yang mereka pandang aneh, ketika aku berjalan selalu
menunduk, seperti tak mau melihat apa yang berada di depanku. Aku selalu
mencari jalan yang teduh, tak mau berlama-lama berada di bawah terik matahari
langsung. Aku benci dimana posisi matahari berada di depan wajahku, itu adalah
saat yang paling kubenci. Sehingga aku mencari jalan yang sekiranya bisa
menutupi wajahku dari sinar itu. Melewati berbagai gang, mall, dan tempat teduh
lainnya. Apa saja, yang terpenting aku bisa jauh dari sinar matahari.
Mungkin juga bagi kamu yang membaca
tulisan ini merasa aneh bukan? Tapi itulah aku, dengan phobia yang tak lazim
bagi orang banyak. Penderita Heliophobia di dunia ini bukan hanya aku saja,
bukan aku satu-satunya orang di dunia ini yang sepertiku. Banyak diluar sana
yang senasib denganku. Atas dasar apa kami seperti ini? Perlu kalian ingat,
kami bukanlah vampire ataupun Dracula. Ketika di hari kamis dan terdapat jam
pelajaran olahraga di pagi hari. Dimana saat itu aku secara terpaksa harus
berada di lapangan yang panas. Melakukan berbagai aktifitas olahraga sesuai
yang guru arahkan. Dimana kulihat teman-temanku sangat berbahagia dengan
keadaan itu, mereka dapat bercanda tawa, menyehatkan jasmani mereka dengan
sangat riang. Tapi berbeda denganku, justru aku merasa tersiksa jika harus
berlama-lama berada disana. Kepalaku semakin pusing, rasanya tak sanggup untuk
berdiri lagi. Namun aku menahannya, karena tidak mau merepotkan teman-teman
yang harus membawaku ke ruang UKS untuk beristirahat. Setidaknya aku selalu mencari
tempat yang teduh di sudut lapangan, yang tidak terkena sinar matahari.
Teman-teman riang bermain sepak bola dan bola basket. Tapi aku hanya bisa
bermain bulu tangkis di dalam indoor.
Biasanya setiap malam hari di hari
kamis, aku akan sakit panas dingin karena berpanas-panasan tadi pagi di
sekolah, tanpa menggunakan pelindung satupun. Dan ketika keadaanku belum
membaik hingga pagi hari, aku harus berada di rumah dan tidak mengikuti
pelajaran di hari jumat. Aku selalu menyempatkan diri untuk beistirahat tidur
siang sepulang sekolah. Untuk memulihkan kembali kondisiku. Setidaknya setelah
aku terbangun, kondisi tubuhku kembali pulih, sebab itu salah satu penyembuhku
dari phobia ini. Tapi jika panasku terlalu tinggi, sakit itu akan terbawa
hingga malam bahkan pagi hari.
Memang buruk bagi penderita phobia
ini, sebab mereka akan kurang mendapatkan Vitamin D. Walau bagaimanapun juga,
ini sudah menjadi kehidupan sehari-hari kami, para penderita Heliophobia. Lalu
apakah penderita phobia tak lazim ini menjadi anti sosial? Tidak juga. Karena
aku masih bisa mengunjungi teman-temanku di malam hari, tetap memiliki
teman-teman di sekolah saat pagi hingga siang. Tak selamanya aku berada di
dalam tempat perlindungan, suatu saat aku harus pergi keluar rumah menuju
padang pasir yang panas, untuk suatu kepentingan pribadi. Dari sana aku mencoba
untuk sabar, dan menahannya. Semoga saja aku tidak pingsan di jalan. Bagaimana
dengan status hubunganku dengan seorang wanita, dimana suatu saat aku harus
berpergian dengannya di siang hari? Perlu kau tahu, seorang kekasih yang baik
akan mengorbankan apapun untuk kekasihnya. Aku akan mencoba untuk menahannya
sebisaku, aku tak mau jika harus mengecewakan dan merusak momen-momen indah
kita berdua. Tak apa, aku bisa menahannya. Setidaknya masih ada malam hari untukku
beristirahat, dan masih ada obat sebagai penawar phobiaku ini.
Jangan menatap kami dengan pandangan
aneh, kami hanya berusaha untuk tetap hidup tanpa harus mengalami sakit. Memang
memakai pakaian serba tertutup di siang hari membuat tubuh menjadi gerah,
setidaknya itu lebih baik dibandingkan harus menahan sakit panas dingin yang
luar biasa, bahkan sempat mengalami sesak nafas. Membuat kondisi tubuh menjadi
menurun, semua mood seolah lenyap. Tak ada semangat dan gairah hidup. Aku
selalu berdoa kepada tuhan, semoga ia menyembuhkan phobiaku ini, sebuah phobia
yang tak lazim. Akupun ingin menjadi seperti teman-teman, dimana mereka dapat
bermain dengan bebas tanpa harus memperhatikan apapun. Tak ada pantangan bagi
mereka. Hidup begitu bebas bagai burung yang berterbangan di udara. Sangat
bebas, terserah kemana kita ingin pergi. Meskipun tempat itu panas, dingin,
ataupun berbahaya. Yang terpenting kita bisa bermain bersama-sama. Tanpa harus
memperdulikan apa yang menjadi penghambat kita bersama.
Hidup seorang penderita Heliopobia,
mereka menyukai dingin, malam, hujan, tapi sangat membenci panas. Kini hidup
mereka harus berlawanan dengan salah satu cuaca yang menjadi ciri khas negara
tropis. Tak apa aku menjadi seperti ini, tak perduli mau seperti apa orang lain
memandangku, aku hanya berjalan sesuai jalan yang telah kutentukan. Aku hanya
ingin hidup dengan bebas.
0 komentar:
Posting Komentar