/-----------------------------\
Penulis: Yusril Takeuchi
Episode: 3
\-----------------------------/
Takeuchi – Kemunculan Papeto
Disebuah rumah yang
sederhana, hanya memiliki 2 lantai dalam rumahnya. Dilantai 1 terdapat ruang
makan, kamar mandi, ruang tamu, serta kamar kedua orang tuaku. Sedangkan
dilantai 2 hanyalah berisikan gudang dan kamar pribadiku. Walaupun kamarku
tidak terlalu besar, tentu harus tetap bersyukur bisa memiliki kamar sendiri. Diluar
sana mungkin ada yang lebih buruk dariku. Harus tinggal dijalanan, tidak
memiliki rumah maupun kamar, tidak mempunyai uang untuk makan, serta harus
mencari makanan dimana saja agar bisa bertahan hidup. Aku bersyukur bisa
dilahirkan dikeluarga sederhana ini, walau sederhana tetapi bahagia. Walau
terkadang sifat ibu sedikit membuatku takut. Ketika ibu marah, sama sekali
tidak ada yang berani berbicara, bahkan ayah sekalipun, semuanya terdiam bisu
karena takut.
Waktu menunjukkan pukul 6
Pagi, sebenarnya ini cukup terlambat, karena biasanya aku bangun pukul 5 Pagi. Karena
terlalu asik tidur, diriku sampai lupa untuk sekolah, untung saja ibu
membangunkanku.
“Takeuchi! Cepat bangun
sekolah, sekarang sudah jam 6, kamu harus cepat agar tidak terlambat.” teriak
ibuku yang berada didapur. Teriakan ibu tadi sama sekali tidak membangunkanku,
sehingga diriku terus saja terbaring dikasur yang sangat empuk. 5 menit sudah
berlalu, tapi aku masih belum bangun juga, tentu hal tersebut membuat ibuku
marah dan akhirnya bertindak tegas. Ibu pergi kekamarku dan mendobrak-dobrak
pintu
“Yusril Takeuchi! Mau sampai
kapan kamu tertidur? Kamu tidak ingat bahwa kamu harus sekolah?” teriak ibuku
yang terdengar sangat menakutkan. Teriakan ibu tadi membangunkanku sehingga
langsung bergegas pergi mandi. Ketika kubuka pintu kamar, disana terdapat ibu
yang sedang marah. Karena aku sangat takut sekali, maka aku meminta maaf.
“Mmmaaf ibuuu, aku ketiduran sehingga lupa untuk sekolah, aku harus bergegas
pergi mandi dan berangkat sekolah sekarang.” kataku kepada ibu. Untung saja ibu
orang yang terbilang cukup baik pula dan pemaaf, maka diapun memaafkanku.
“Yasudah, sekarang kamu
cepat mandi dan bergegas sekolah. Dan oh iya, jangan lupa kamu minum susu yang
sudah ibu buatkan dimeja makan.” ujar ibu, dan menutup pintu kamar.
Tentu aku bergegas mandi
yang bersih, walau terkadang mandiku terbilang cukup lama, tapi pada saat ini
hanya mandi sebentar saja. Karena sudah tidak punya banyak waktu lagi, jika
telat masuk sekolah aku bisa dihukum. Selesai mandi kuberanjak menuju meja
makan untuk meminum susu buatan ibu. Untung saja semalam aku sudah merapihkan
buku, sehingga tidak perlu merapihkannya lagi. Susu buatan ibu telah
kuhabiskan, kemudian aku memakai semua seragam dan keperluan yang ingin dibawa.
Tentunya aku harus salam terlebih dahulu kepada ibuku.
“Ibu aku berangkat sekolah
dulu yah” sautku, lalu menghampiri ibu untuk bersaliman tangan dan langsung
berangkat menuju sekolah.
Aku sangat menyukai pagi hari, karena bukan hanya
udaranya yang sejuk, suasana yang didapatkan selalu saja sebuah ketenangan
tersendiri.
Kulintasi sebuah Taman tempat biasa anak-anak
bermain. Namun disana kulihat ada seekor anjing yang kakinya terperangkap kayu.
Walau aku memiliki fobia terhadap anjing, keadaan seperti itu membuatku tidak
tega dengannya. Hingga akhirnya kuselamatkan anjing malang itu. Kayu yang
menindih kaki anjing itu cukup berat sehingga membutuhkan tenaga ekstra untuk
bisa mengangkatnya.
“Ayooo, sedikit lagi. Aku
pasti bisa menyelamatkanmu!” teriakku, berusaha keras mengangkat kayu tersebut.
Tak berlangsung lama akhirnya kayu itu bisa
diangkat. Ada hal yang sedikit membuatku bingung, wajah anjing tersebut terlihat
senyum padaku. Mungkin karena dia senang kutolong. Kulihat jam tangan, dan
sudah hampir pukul 6:30. Tentu aku harus bergegas berlari agar tidak terlambat
disekolah. Tak lama, aku tiba disekolah, untung saja aku datang tepat waktu. Yaitu
ketika sampai, bel sekolah baru saja berbunyi.
Kuberanjak
memasuki kelas, aku duduk dibangku barisan ke 1. Entah mengapa sejak SD sampai
sekarang diriku hanya duduk diantara barisan 1 atau 2. Aku memiliki sahabat dan kebetulan satu kelas
juga denganku. Mereka bernama Steve, Edward, dan Luna. Steve terbilang anak
yang cukup kaya, namun dia suka menyombongkan kekayaannya kepada orang lain dan
membuat jengkel. Edward anak yang pandai dalam pelajaran Olahraga, tingginya
juga hanya berbeda 2 cm lebih pendek dariku, namun terkadang emosinya cukup
tinggi. Edward juga terkadang suka tidak mengerjakan PR. Tapi dia memiliki
sifat yang baik, yaitu suka menolong orang lain, sifat yang sangat mulia dan
patut dicontoh. Sedangkan favoritku adalah Luna, dia wanita yang cantik, baik
hati, pintar dalam segala hal pelajaran, dan menjadi penyemangatku. Aku sangat
menyukainya sejak lama, namun belum waktunya untuk kuucapkan sejujurnya
kepadanya. Luna terbilang cukup buruk dalam bermain biola, tapi entah mengapa
ibunya selalu saja menyuruhnya untuk les biola. Tapi, suara dia dalam bernyanyi
sangatlah bagus, sehingga membuat setiap orang yang mendengarnya nyaman.
Sedangkan aku sendiri terbilang anak yang cukup payah dalam Olahraga, Matematika,
dan juga IPA. Namun aku pandai dalam pelajaran TIK. Terkadang ketika pelajaran
TIK sedang dimulai, aku dijadikan seperti Google atau Wikipedia. Semua bertanya
padaku sehingga membuatku sulit untuk mengerjakan tugasku sendiri.
Pelajaran
pertama dimulai, yaitu pelajaran TIK. Pak Guru Erwin memasuki kelas, serta
semua murid merespon untuk memberi salam kepadanya.
“Selamat pagi pak!” teriak
semua murid.
“Selamat pagi juga anak-anak.” jawab Pak Guru. Pak
Guru mengingatkan sesuatu bahwa sebenarnya pada hari itu ada PR yang harus
dikumpulkan.
“Baik anak-anak apakah PR
TIK nya sudah dikerjakan semua?” tanyanya.
“Sudah dikerjakan Pak.”
jawab semua murid. Namun hanya Edward saja yang tidak mengerjakan, sehingga
membuatnya dihukum lagi oleh Pak Guru. “Edward,
pasti kamu belum mengerjakan PR kan?” tanya Pak Guru kepada Edward. Karena
sudah kepepet Edward pun mengakuinya.
“Iya pak, maaf saya belum
mengerjakannya, karena saya lupa” ujar Edward, mengelus-elus kepalanya.
Pak Guru cukup kesal dengan kebiasaan Edward yang
tidak mengerjakan PR.
“Edward, Edward. Lagi-lagi
kamu tidak mengerjakan PR lagi. Sekarang kamu maju kedepan dan push up sebanyak
20 kali!” ucap Pak Guru. Edward menerima hukuman itu dan push up sebanyak 20
kali. Edward pernah menceritakan tentang kemalasannya itu kepadaku, dia sangat
sulit menghilangkan kebiasaannya untuk tidak mengerjakan PR. Tapi kurasa jika
dia terus berusaha, pasti akan bisa menghilangkannya pula.
Pelajaran berlangsung dengan tenang, tentu
seperti biasanya aku dijadikan seperti Wikipedia lagi, semua bertanya kepadaku
ketika pelajaran TIK berlangsung.
Waktu
terus berjalan, tak terasa sudah pukul 4 sore. Tentu waktunya bagi kami untuk
pulang kerumah. Semua murid memberikan salam kepada Pak Guru.
“Selamat
sore pak, semoga selamat sampai dijalan. Dan sampai ketemu besok.” teriak semua
murid.
“Selamat sore juga nak,
semoga kalian juga selamat sampai dirumah.” jawab Pak Guru.
Diperjalanan pulang aku tak sengaja melihat
seorang pemuda sedang duduk disebuah Taman. Namun kuperhatikan secara
terus-menerus dia mulai meninggalkan Taman tersebut. Namun ada yang janggal,
dia melupakan ponselnya yang berada dibangku tempat dia duduk. Aku berpikir
pasti jika pemuda itu mengetahui ponselnya hilang, dia akan sangat kebingungan.
Untung saja orang itu belum jauh, jadi langsung kuambil ponsel tersebut dan
kuberikan kepadanya.
Pemuda itu berterima kasih kepadaku, dan
memberikan imbalan uang kepadaku
“Terima kasih banyak nak,
kamu memang anak yang jujur. Sebagai gantinya ini ada sedikit uang untukmu.”
ujarnya. Aku menolong orang dengan ikhlas dan tanpa menerima imbalan, maka dari
itu aku menolaknya.
“Sama-sama, tapi maaf jika
aku tidak bisa menerima uang ini, karena aku diajarkan oleh orang tuaku untuk
tidak meminta imbalan ketika membantu orang lain.” kataku, dan menolak tawaran
uang itu. Orang itu berterima kasih untuk yang kedua kalinya padaku serta
langsung pergi meninggalkanku.
Hingga akhirnya telah sampai dirumahku istanaku. Walau
rumahku sederhana, tapi selalu kuanggap seperti istanaku sendiri. Aku langsung
memasuki kamar untuk menaruh semua barang-barangku dan langsung pergi bergegas
mandi. Selepas mandi dan memakai pakaian ibu menyuruku untuk makan, kebetulan
Ayah juga sudah pulang kerja. Ayah kerja disebuah perusahaan gaming sebagai
karyawan disana. Walau gajinya tidak terlalu besar, tapi aku bersyukur masih
bisa mendapatkan uang dengan cukup.
Kami menyantap makan sore dengan sangat lahap.
Kebetulan saat itu ibu membuatkan makanan favoritku yaitu Ayam Goreng. Sehingga
membuatku semakin lahap memakannya.
Waktu
menunjukkan pukul 21:30 dan sudah waktunya untukku tidur. Untung saja aku sudah
belajar tadi ketika sehabis makan sore, sehingga bisa tidur lebih awal. Aku
tidur dengan nyaman disamping lemari mesin waktu yang kujadikan seperti harta
pribadiku yang sangat spesial. Namun suatu ketika kulihat lemari tersebut
bergetar dan pintunya terkadang terbuka dan tertutup dengan sendirinya. Suara
berisik tersebut membangunkanku, membuatku penasaran ingin memeriksanya.
Namun ketika ingin membuka
lemari itu, kulihat terdapat tangan dipintunya. Hal tersebut membuatku kaget
dan berteriak dengan pelan.
“Aaaapa itu? Tangan siapakah
itu?” ucapku dengan nada yang pelan dan terbata-bata.
Hingga akhirnya keluarlah sesosok robot yang
berasal dari masa depan dan bermaksud untuk mencari mesin waktunya yang telah hilang.
“Ssssetaaaan!!” teriakku
ketika melihat robot tersebut. Karena kamarku saat itu memang dalam keadaan
gelap, maka dari itu kukira dia adalah hantu. Robot tersebut beranjak mencari
saklar lampu dan menyalakannya. Lampu-lampu kamarku sudah menyala, dia
menghampiriku.
“Barusan gelap sekali, aku
bisa memaklumimu jika kamu menganggapku hantu, tapi sebenarnya aku adalah robot.”
ujarnya. Ketika kuketahui bahwa dia adalah robot, tentu membuatku semakin
kaget. Nampak jelas dimataku terdapat robot yang bentuk dan rupanya mirip
sekali dengan manusia, hanya saja dia seorang robot.
“Siapa kamu? Darimana kamu
berasal dan apa tujuanmu kekamarku melalui lemari tersebut?” tanyaku. Robot
yang dibuat dengan teknologi sangat canggih tersebut mendekati bangku dan mendudukinya “Perkenalkan, namaku Papeto. Aku
adalah robot Teknisi yang berasal dari tahun 2148 dan tujuanku kesini
sebenarnya ingin mencari mesin waktuku yang telah lama hilang.” ujar robot
Papeto.
Hal
tersebut membuatku semakin penasaran tentang mengapa mesin waktunya bisa hilang
dan sampai ke tahun 2015.
“Robot Teknisi? Ah
perkenalkan juga namaku Takeuchi. Lalu bagaimana bisa mesin waktumu hilang dan
sampai di tahun 2015 ini? Dan bagaimana kamu bisa menemukannya?” tanyaku yang
bertubi-tubi kepada Papeto. Dia mengelus-elus rambutnya sendiri serta sambil
menampakkan wajah kebingungan.
“Salam kenal. Aku kesini
karena sudah dipecat diperusahaan tempatku bekerja. Sebenarnya aku pernah
mengalami kecelakaan, kebetulan saat itu aku sedang membuat suatu proyek besar,
namun tak sengaja kutumpahkan kopi ke mesin yang sedang dibuat. Alhasil mesin
tersebut menjadi rusak dan harus dibuat dari ulang lagi, hal tersebut membuat
kepala direktur marah dan memecatku. Sebelumnya aku pernah menciptakan mesin
waktuku sendiri, namun ketika dalam uji coba, aku salah menekan tombol dan
memasukan waktunya, sehingga terjadi random time dan lemari itupun hilang ke
waktu yang tidak kuketahui.” jawab Papeto.
Apa yang dikatakan Papeto
sungguh membuatku sedikit iba, padahal hanya karena hal kecil bisa
menyebabkannya dipecat.
“Lalu kamu tinggal dimana
sekarang?” tanyaku.
Papeto menangis karena pertanyaanku tadi, tapi
dia mengatakan hal yang sebenarnya padaku.
“Aku tidak punya rumah lagi.
Ditempat kerjaku terdapat asrama untuk para pekerja, semua para Teknisi tinggal
disana begitupun aku. Namun karena dipecat, aku tidak punya tempat tinggal lagi.”
ujar Papeto, dan menangis tersedu-sedu. Kupikir robot tidak bisa menangis,
ternyata bisa juga. Aku semakin kasian dengannya, maka dari itu kuajak saja dia
untuk tinggal bersamaku.
“Bagaimana jika kamu tinggal
disini bersamaku? Jika kamu mau, besok akan kuperkenalkan kepada orang tuaku
dan teman-temanku.” tawarku, untuknya agar tinggal bersamaku.
Papeto memang sudah tidak punya pilihan lain
lagi, jika menolaknya maka harus tinggal dijalanan. Maka dari itu dia menerima
tawaran tersebut untuk tinggal denganku.
“Baiklah,
aku mau. Tapi dari mana kamu dapatkan mesin waktuku ini?” tanyanya, menunjukkan
jarinya ke mesin waktuku.
Aku
teringat kejadian ketika kutemukan dimana lemari itu dan dalam keadaan apa.
“Aku menemukan lemari alias
mesin waktu ini secara tidak sengaja. Kebetulan saat disore hari aku sedang dalam
perjalanan pulang sekolah, diperjalanan aku mendapatkan nasib buruk dan harus
di kejar-kejar anjing sampai ke tempat pembuangan sampah. Namun disana kulihat
ada lemari dan kupikir bisa bersembunyi disana. Namun ketika memasuki lemari
itu dalam beberapa menit, banyak sekali hal yang aneh selepas keluar dari
tempat tersebut.” ujarku, serta sambil merapihkan buku yang terjatuh dilantai.
Papeto tertawa mendengar ceritaku tadi dan
menghampiriku
“Lucu sekali sampai
dikejar-kejar anjing seperti itu. Jelas saja kamu mengalami hal yang aneh,
karena benda itu ialah mesin waktu. Kamu pergi kewaktu kapan saat itu?” tanya
Papeto, dengan mata yang menatapku dengan serius. Kuingat-ingat lagi pergi
kewaktu kapankah pada saat itu, hingga akhirnya teringat kembali semua
ingatannya.
“Ah iya, aku baru ingat.
Ketika keluar dari lemari itu, aku terbawa hingga ke tahun 2054. Dan bertemu
dengan diriku dimasa depan yang sudah tua, namun menjadi sukses karena
perusahaan yang dikelolanya.” ujarku.
Terlepas kukatakan hal tadi, Papeto sibuk mencari
tempat untuk dia bisa tidur. Kupikir dia mengabaikan omonganku tadi dan membuat
sedikit marah
“Hei! Apa kamu tidak
mendengar pembicaraanku tadi? Sebenarnya bagaimana kamu bisa menemukan mesin
waktu itu lagi?” tanyaku, dengan wajah yang sedikit garang.
Papeto
menepuk-nepuk bantal untuk memastikan bahwa bantal itu sudah bersih.
“Tentu saja aku mendengarmu.
Ceritanya panjang, tapi yang jelas aku mencari koordinat dan waktu dimana mesin
waktu tersebut berada. Setelah sekian lama mencari, pencarianku membawakan
hasil dan aku bisa menemukan dimana mesin waktu itu berada dan bahkan bisa
langsung keluar dari dalam lemari itu.” ujar Papeto. Kuambil kesimpulan, tak
kusangka ternyata Papeto robot yang sangat pintar. Papeto datang dengan
mengenakan sebuah tas. Karena aku memiliki jiwa penasaran yang tinggi,
kutanyakan saja sebenarnya tas apa itu.
“Ah jadi begitu, lalu tas
apa yang kamu kenakan itu?” tanyaku, dengan tangan yang menunjukkan ke arah tas
Papeto. Dia menekan tombol yang terdapat ditasnya, sehingga mengeluarkan cahaya
yang menyilaukan dari dalamnya.
“Ini tas ciptaanku, yang
bernama Tas Tanpa Batas. Fungsi tas ini untuk menyimpan semua barang-barang
ciptaanku.” jawab Papeto.
Kuhampiri Papeto dan memegang-megang tas miliknya “Bisakah kucoba mengangkatnya? Kamu
masukan semua alat-alat ciptaanmu disana, tentu tas itu sangat berat sekali
bukan?” tanyaku padanya.
Papeto memberikan tasnya padaku, dan tak disangka
ternyata tidak berat sama sekali. Tasnya amat sangat ringan, hal itu membuatku
bingung. Padahal didalamnya ada banyak sekali alat-alat berat, tapi mengapa
tasnya ringan sekali seolah-olah kosong tanpa ada isinya.
“Papeto, kamu yakin tas ini
banyak terdapat alat-alatmu? Tapi mengapa ringan sekali.” tanyaku, sambil mengayung-ayunkan
tas Papeto.
Perkataanku
tadi membuat Papeto sedikit tertawa, mungkin Papeto menganggap aku sangat norak
sekali dengan benda seperti itu. Wajar saja, karena ditahun 2015 alat seperti
itu belum diciptakan.
“Kamu tidak percaya? Akan
kukeluarkan salah satu alat ciptaanku padamu.” ujar Papeto, dan mengeluarkan
salah satu alat ciptaannya.
Benda yang dipegang Papeto sama sekali tidak
kuketahui, bentuknya seperti sebuah jubah berwarna merah.
“Benda apa itu? Hanya sebuah
jubah saja.” tanyaku, dengan nada yang sedikit meremehkan. Papeto memasangkan
jubah itu kepundakku, dan menguncinya agar tidak terjatuh.
“Perkenalkanlah, jubah ini
bernama Jubah Superman. Alat ini dapat membuatmu terbang dilangit seperti
layaknya Superman. Kecepatannya dalam terbang dapat kamu atur melalui pikiran.”
ucap Papeto, langsung mengaktifkan tombol power dijubahnya.
Papeto
mengajakku keluar rumah dan memberi instruksi cara menggunakannya.
“Sekarang kamu hentakan kaki
ketanah sebanyak 3 kali, maka kamu akan terbang kelangit. Tapi perlu diingat,
kamu jangan mengontrol kecepatannya terlalu tinggi. Karena itu berbahaya
untukmu.” katanya, mencoba menghindar dari hadapanku.
Kulakukan apa yang dia bilang dengan menghentakan
kakiku ketanah sebanyak 3 kali. Alhasil aku terbang kelangit dengan kecepatan
yang cukup tinggi. Karena aku masih awam sekali menggunakannya, jadi masih
belum bisa mengontrolnya dengan baik.
“Waaaaaaaa, Papeto tolong
aku!!” teriakku ketika berada di langit. Papeto menyusulku dengan Jubah
Supermannya juga.
“Hei hei, kamu harus tenang
menggunakannya. Pikiranmu harus tenang dan jangan panik. Aneh sekali orang ini,
anak kecil saja bisa menggunakannya.” ujarnya. Kudengar nasihat darinya, dan
tentu membawakan hasil yang baik. Aku dapat menguasai Jubat tersebut sehingga
dapat terbang dengan sesuai yang kuinginkan.
“Waah benar sekali, ini akan
menjadi mudah jika sudah biasa menggunakannya.” kataku, dengan perasaan yang
senang.
Aku sama sekali tidak pernah menggunakan alat
seperti itu, sehingga saat itu membuatku sangat bahagia sekali bisa terbang
dilangit tanpa menggunakan Pesawat.
Terlepas bersenang-senang dengan Jubah Superman
tadi, kami pulang kerumah dan langsung tidur dengan nyenyak. Papeto tidur
bersebelahan denganku, karena kebetulan aku memiliki 2 kasur. Sehingga
kuberikan salah satu kasurku padanya.
Dipagi hari yang cerah, aku
terbangunkan dari tidurku. Tapi Papeto sudah sibuk merapihkan alat-alatnya
miliknya yang terlihat berantakan di lantai.
“Hei Papeto, apa yang sedang
kamu lakukan dipagi hari ini?” tanyaku.
“Ah Takeuchi, sudah bangun
rupanya. Aku sedang merapihkan alat-alatku, semalam ketika melakukan
teleportasi menuju mesin waktuku. Terjadi banyak sekali guncangan, sehingga
membuat benda-benda yang berada didalam tasku berantakan.” ujarnya.
Kurapihkan kasur tempatku dan Papeto tidur, dan
membuka jendela kamar.
“Sepertinya
kamu sedang sibuk sekali, bagaimana jika kita pergi makan kebawah?” ajakku,
mengajaknya untuk pergi makan pagi.
Papeto merapihkan semua barangnya, tentu
sepertinya dia setuju dengan ajakanku.
“Baiklah,
kebetulan aku juga sedang lapar sekali, apakah kamu mempunyai makanan yang
enak?” tanyanya.
Kupikir sepertinya robot hanya memakan oli dan
menggunakan batrai. Ketika dia menyetujuinya, aku terpikirkan bahwa aku tidak
mempunyai batrai.
“Oh
iya Papeto, apakah kamu memakan batrai atau oli?” tanyaku.
“Enak
saja kamu! Walau memang aku ini seorang robot, tapi aku tidak menyukai itu.”
teriak Papeto, dengan nada yang cukup tinggi.
Sepertinya dia marah ketika kutanyakan hal
seperti itu. Kami beranjak menuju dapur untuk sarapan pagi. Ibu membuatkan Ayam
Goreng makanan favoritku. Tapi, sepertinya ada menu baru yang dimasaknya. Ibu
sungguh kaget, karena sebelumnya belum pernah melihat Papeto sama sekali.
“Takeuchi,
siapa dia? Apakah teman barumu?” tanya ibu.
Aku melupakan hal untuk memperkenalkan Papeto
pada keluargaku, aku bermaksud untuk memperkenalkannya ketika semua sudah
berada di meja. Ayah datang dan menghampiri meja makan. Kami makan dengan
sangat lahap.
“Oh
iya bu, ayah, aku ingin memperkenalkan teman baruku. Dia bernama Papeto, dan
dia robot yang berasal dari masa depan.” ucapku.
Ibu dan ayah tertawa terbahak-bahak karena
ucapanku tadi, tentu saja sepertinya mereka tidak percaya. Karena hal seperti
itu hanyalah dianggap seperti yang berada di dalam serial film atau komik.
Mendengar ibu dan ayahku tertawa karena ucapanku
tadi, Papeto memperkenalkan dirinya sendiri.
“Tante,
paman, perkataan Takeuchi tadi memang benar. Aku robot dari masa depan,
sebenarnya aku sedang mencari mesin waktuku yang telah lama hilang. Hingga
akhirnya kutemukan dirumah Takeuchi ini, tapi bisakah mulai sekarang aku
menjadi anggota keluarga kalian?” tanya Papeto, memohon untuk menjadi anggota
keluargaku.
Ibu
tidak langsung percaya dengan omongan itu, dia mendekati Papeto dan melihat
sekeliling tubuhnya. Dan mengetuk-ngetuk badannya.
“Ah
iya benar, terbuat dari besi. Ternyata kamu benar-benar robot. Tapi bagaimana
bisa kupercaya bahwa kamu berasal dari masa depan?” tanya ibu, dengan raut
wajah yang sedikit heran.
Papeto mengeluarkan alat dari tasnya. Dia
bertujuan untuk menunjukkan alat-alatnya kepada ibu agar dia percaya. Dia
mengeluarkan alat Kamera Pengkopi miliknya. Mamah bingung, Papeto mengeluarkan
alat yang aneh dari dalam tasnya.
“Benda
apa itu Papeto?” tanya ibu.
“Alat
ini bernama Kamera Pengkopi. Fungsi alat ini untuk mengkopikan sesuatu dan
mempastekannya kepada orang yang menginginkannya.” ujar Papeto.
“Apakah
ibu mempunyai sebuah foto rambut yang sangat ibu inginkan?” tanyanya.
“Tentu
saja ada, sebentar ibu carikan”
Ibu mencari foto-foto model rambut yang sangat
menjadi idamannya. Dia menginginkan model rambut panjang dan berkilau seperti
rambut-rambut orang yang ada di iklan tv sampo, namun sayangnya ibu memiliki
rambut yang pendek. Ibu menunjukkan salah satu foto model rambut yang sangat ia
ingin miliki.
“Ini
dia, lalu apa lagi yang harus kulakukan?” tanya ibu, sambil memegang-megang
rambutnya.
Papeto berusaha mundur untuk mencoba alat
miliknya. Dia memfoto ulang gambar model rambut yang diberikan ibu. Dan
mempastekannya kerambut ibu.
“Sekarang
ibu diam disitu dan jangan bergerak. Aku akan membuat impian ibu menjadi
kenyataan.” ujarnya, mencoba mencari posisi yang tepat untuk memfoto.
Papeto terus membidik kearah rambut ibu, sampai
mendapatkan posisi yang pas untuk memfotonya. Dan ketika sudah mendapatkannya,
dia menekan tombol foto dan tiba-tiba rambut ibu berubah menjadi seperti yang
di foto model tadi.
Ibu kaget, karena rambutnya tiba-tiba berubah
begitu saja. Dia mencoba memegang-megang rambutnya dan bercermin di kaca.
“Haaaa??
Bbbagaimana bisa rambut ibu berubah menjadi seperti yang difoto tadi?” tanya ibu,
dengan terbata-bata.
Papeto berfikir bahwa sepertinya ibuku sudah
mulai percaya dengan keberadaanku yang dari masa depan.
“Tentu
saja bu, aku robot dari masa depan, benda seperti itu bukanlah hal yang aneh
lagi. Sekarang ibu percaya bukan bahwa aku berasal dari masa depan?” ujar
Papeto.
“Tentu,
ibu percaya karena hal ini”
Kami
melanjutkan makan pagi bersama keluargaku. Dan sekarang Papeto sudah menjadi
anggota keluargaku.
“Papeto,
mulai sekarang, kamu sudah menjadi anggota keluarga kami, panggillah aku dengan
sebutan ayah, dan panggillah ibu Takeuchi dengan sebutan ibu.” kata ayah,
menyetujui jika Papeto menjadi anggota keluarga baruku.
Aku senang dan bergembira, karena memiliki teman
untuk kuajak bermain. Biasanya aku sendirian dirumah, jarang sekali ada teman bermain
kecuali ke 3 sahabatku.
Ibu memberikan salah satu masakan barunya, dan
itu menjadi menu baru dikeluargaku.
Dia memberikan Rendang untuk Papeto, tapi kupikir
dia tidak menyukainya. Tentu saja, mana mungkin robot memakan Rendang.
“Apa
ini ibu?” tanya Papeto.
“Ini
namanya Rendang, cobalah, kamu pasti menyukainya.”
Papeto mencicipi Rendang buatan ibu, dan hal yang
tidak terduga. Dia sangat menyukai Rendang buatannya. Papeto terlihat begitu
bergembira ketika memakan makanan itu.
“Enaak
sekali!” serunya
“Jadi
ini namanya Rendang bu? Ini akan menjadi makanan favoritku disini.”
Ibu terlihat senang karena makanannya disukainya.
Tentu aku sedikit heran, baru kali ini aku melihat ada robot yang menyukai
Rendang.
“Hei
Papeto, aku baru tau jika ada robot yang menyukai Rendang.” kataku, dengan nada
yang pelan.
“Robot
dari masa depan itu berbeda dengan robot dimasa ini. Disana, robot-robot sudah
seperti layaknya manusia biasa.” jawab Papeto.
Beberapa
menit berlalu, akhirnya kami selesai untuk sarapan pagi. Aku memutuskan untuk
pergi mandi, karena ketika sebelum makan, aku sama sekali belum mandi. Papeto
sibuk membersihkan tubuhnya yang kotor, tentu saja, robot pasti tidak mungkin
mandi. Setelah kuselesaikan mandi dan memakai baju, kuajak Papeto untuk pergi
bermain ke Taman untuk bertemu dengan teman teman.
“Papeto,
pergi ke Taman yuk, nanti kuperkenalkan dengan teman-temanku.” tawarku,
mengajaknya untuk pergi ke Taman.
“Baiklah,
kebetulan aku juga sedang ingin melihat keadaan di masa ini.” jawab Papeto.
Kami
berjalan menuju ke Taman, kulihat Papeto melihat semua yang sedang kami lewati.
Sepertinya dia berpikir jika dimasaku ini, tempat-tempat yang berada disini
sangatlah kuno. Mungkin ditahunnya, semuanya sudah sangat modern.
Kami sampai ditaman, disana terdapat 3 sahabatku
yang sedang mengobrolkan sesuatu. Kami menghampiri mereka untuk bergabung.
“Takeuchi,
siapa yang sedang bersamamu ini?” tanya Edward.
“Perkenalkan,
dia bernama Papeto. Dia robot dari masa depan, dan sekarang dia tinggal dirumahku.”
jawabku, memperkenalkan Papeto kepada mereka.
Mereka tertawa terbahak-bahak karena ucapanku
tadi. Kasusnya sama seperti ibu, mereka sama sekali tidak percaya dengan
keadaan yang sebenarnya.
Papeto mengeluarkan Jubah Superman dari dalam
tasnya, dan memberikan kepada masing-masing temanku.
“Nah
sekarang pakailah ini, dan ikuti instruksi yang aku berikan.” ujar Papeto.
“Benda
apa ini? Seperti Jubah Superman.” tanya Luna, memegang jubah milik Papeto
“Sekarang
kalian tekan tombol power dibelakangnya, dan hentakan kaki 3 kali ketanah. Dan
ketika terbang, kalian harus mengontrol kecepatannya untuk tidak terlalu cepat,
nanti akan bisa berbahaya.” ujar Papeto, memberikan instruksi cara pemakaian
alatnya.
Teman-temanku mengikuti arahannya, mereka
berhasil terbang kelangit yang bebas dan cerah.
Disana terlihat Steve yang ketakutan setengah
mati karena dia sangat takut ketinggian.
“Tttakeuchi!!
Tolong aku!” teriak Steve diatas langit.
Aku menyusulnya dan mencoba meyakinkannya untuk
tidak panik, aku tau bahwa dia takut dengan ketinggian. Tapi kucoba unuk
menghilangkan rasa takutnya itu.
“Baiklah
Steve, sekarang kamu harus tenang, dan jangan panik. Berusahalah untuk
mengontrol Jubah itu. Hilangkan semua rasa takutmu akan ketinggian.” kataku,
mencoba menenangkan hati Steve.
“Tttaapi,
aku tidak bisa!” jawab Steve, dengan nada yang tinggi.
“Kamu
pasti bisa, teruslah mencoba dan tetap tenang.”
Steve mengikuti arahan yang kuberikan, tak
kusangka, dia berhasil menaklukan rasa takutnya akan ketinggian. Luna sepertinya
sangat menyukainya, dia tersenyum padaku.
“Aku
menyukai ini Takeuchi. Terima kasih Papeto, aku sangat bersenang-senang dengan
benda ini.” ujar Luna yang begitu senang.
Kami
bermain cukup lama di atas langit dengan Jubah Superman. Mengelilingi kota dengan
alat itu. Tentu itu menjadi pertama kalinya bagi mereka, karena bisa terbang
seperti itu adalah hal yang sangat tidak mungkin. Hanya Superman didalam film
saja yang bisa melakukannya.
Aku senang, karena
kedatangan Papeto aku merasa seperti membuka lembaran baru dalam hidupku.
Lembaran yang harus kutulis dengan cerita yang sangat menarik mungkin. Dan
juga, sejak kedatangannya, aku bisa merasakan hal-hal yang tidak biasa dan
membuatku sangat senang sekali.
Aku harap bisa berteman dengan Papeto untuk selamanya.
-Tamat
Yusril Takeuchi
Cerpen Yusril Takeuchi
Cerpen Takeuchi
Takeuchi
Takeuchi - Kemunculan Papeto
Takeuchi - Kemunculan Papeto [Episode 3]
0 komentar:
Posting Komentar